Kamis, 20 Agustus 2015

(12) HARAPAN SEORANG PEMIMPIN



{كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3) قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)} [مريم: 1 - 6]

Kaaf Haa Yaa `Ain Shaad.(1) (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya,(2) yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.(3) Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguh-nya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku.(4) Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,(5) yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".) (Maryam: 1-6)

Kutipan penggal pertama surat Maryam ini menjelaskan kepada kita tentang rahmat Tuhan Allah SWT yang dilimpahkanNya kepada nabi Zakariya a.s. sebagai pemimpin ummat yang merasa khawatir atas generasi pelanjut perjuangan menegakkan agama Allah, bila beliau berpulang ke rahmatullah nanti.

Surat ini dimulai dengan lima potong huruf Kaaf Haa Yaa `Ain Shaad." Lalu diikuti dengan:

"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya."

Seorang nabi yang diutus Allah untuk memimpin dan membimbing Bani Israil, yang khawatir atas generasi pelanjut perjuangannya bila kembali ke hadhirat Allah SWT.

"Yaitu tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut."

Inilah ciri khusus yang membedakan antara seorang mukmin dengan bukan mukmin sewaktu berbenturan dengan persoalan hidup yang dihadapinya. Dia tidak akan mengandalkan kemampuan berpikirnya belaka, tetapi ia menyandarkan segala ikhtiarnya kepada bantuan atau pertolongan Allah. Berdoa dengan harap dan cemas, serta hati lirih memohon kepada Allah.

Doa adalah senjata orang-orang beriman...

Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban..."

Tampak nyata kecemasan Zakariya, atas generasi pengganti yang akan melanjutkan perjuangannya untuk menegakkan agama Allah, apalagi melihat realitas jasmaninya yang dari hari ke hari semakin berusia lanjut. Beliau merasakan tulang belulangnya mulai lemah, rapuh dan uban di kepala bertabur, sementara generasi pelanjut sebagai "patah tumbuh hilang berganti", belum terlihat pula.

Sebagai seorang rasul yang hatinya sarat dengan iman dan tauhid, sangat menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah berada dalam pengaturan Allah. Tidak ada sesuatu yang berat bagi Allah. Dan Allah adalah Maha Memperkenankan doa.

"dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku..."

Nabi Zakaria insyaf bahwa Allah Yang Maha Mengetahui hakikat segala sesuatu.

Beliau tidak kecewa apabila ada doanya yang tidak dikabulkan Allah, karena boleh jadi apa yang dimohonkannya itu –dalam pandangan Allah- tidak baik baginya. Tetapi sebagai seorang manusia yang lemah, beliau memandang bahwa masa depan ummat ini tergantung juga pada kwalitas pemimpin yang akan memimpin mereka. Yaitu pemimpin yang ber-iman dan bertaqwa, yang akan membimbing ummat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, di bawah naungan ridha Allah, seperti yang dilimpahkan Allah kepada dirinya...

Di sela-sela kekhawatiran yang menyenak di kalbu nabi Zakariya a.s. tentang masa depan ummat yang dipimpinnya belum tampak juga "patah tumbuh hilang berganti". Muncullah harapan fithrawi dari jiwa kemanusiaannya, yaitu harapan munculnya pemimpin dari darah dagingnya sendiri. Harapan seperti ini adalah harapan yang wajar dan sangat manusiawi.

"Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (pelanjut perjuangan) sepeninggalku.."

Kemudian beliau menuturkan tentang isterinya:

"sedang isteriku adalah seorang yang mandul..."

Usianya sudah melewati masa subur dan sudah renta, seperti halnya dengan Zakariya. Maka ditinjau dari segi sunnatullah yang biasa tidak mungkin lagi akan melahirkan anak.

Sungguhpun demikian, Zakariya a.s. sangat menyakini bahwa tidak ada satupun yang sulit bagi Allah... Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

"maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera..."

Harapan memperoleh anak keturunan adalah harapan yang wajar dari setiap manusia yang normal.

Kita tidak dapat memperkirakan apakah permohonan memperoleh seorang putera itu dari isterinya yang mandul atau melalui isteri yang lain berdasarkan wahyu Allah yang ditunggu-tunggu? Ini tidaklah dapat dipastikan. Tetapi kenyataan-nya, seperti dipaparkan pada lanjutan penggal pertama surat Maryam ini bahwa Allah SWT menganugerahi Zakariya seorang putera dari isterinya yang sudah tua renta ini, disertai dengan tanda-tanda pendahuluan yang dialami Zakariya dan Allah SWT pula yang memberi nama anak tersebut dengan "Yahya".

Selanjutnya diterangkan bahwa harapan Zakariya dengan memperoleh seorang putera yang didoakan:

"yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub..."

Warisan apakah yang dimaksud?

Apakah Zakariya akan mewariskan harta kekayaan yang berlimpah ruah?

Sesuai dengan penjelasan Rasulullah SAW, bahwa para nabi dan rasul tidaklah mewariskan emas dan perak, atau harta benda. Mereka hanya mewariskan ilmu pengetahuan dan agama yang akan membimbing ummat menuju keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

"dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar