{كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ
زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3) قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ
الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
(4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ
لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ
رَبِّ رَضِيًّا (6)} [مريم: 1 - 6]
Kaaf Haa Yaa `Ain Shaad.(1)
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada
hamba-Nya, Zakariya,(2) yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara
yang lembut.(3) Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguh-nya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a
kepada Engkau, ya Tuhanku.(4) Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku
sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah
aku dari sisi Engkau seorang putera,(5) yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".) (Maryam: 1-6)
Kutipan penggal pertama
surat Maryam ini menjelaskan kepada kita tentang rahmat Tuhan Allah SWT yang
dilimpahkanNya kepada nabi Zakariya a.s. sebagai pemimpin ummat yang merasa
khawatir atas generasi pelanjut perjuangan menegakkan agama Allah, bila beliau
berpulang ke rahmatullah nanti.
Surat ini dimulai dengan
lima potong huruf Kaaf Haa Yaa `Ain Shaad." Lalu diikuti dengan:
"(Yang dibacakan ini
adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya."
Seorang nabi yang diutus
Allah untuk memimpin dan membimbing Bani Israil, yang khawatir atas generasi
pelanjut perjuangannya bila kembali ke hadhirat Allah SWT.
"Yaitu tatkala ia berdo'a
kepada Tuhannya dengan suara yang lembut."
Inilah ciri khusus yang
membedakan antara seorang mukmin dengan bukan mukmin sewaktu berbenturan dengan
persoalan hidup yang dihadapinya. Dia tidak akan mengandalkan kemampuan
berpikirnya belaka, tetapi ia menyandarkan segala ikhtiarnya kepada bantuan
atau pertolongan Allah. Berdoa dengan harap dan cemas, serta hati lirih memohon
kepada Allah.
Doa adalah senjata
orang-orang beriman...
Ia
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban..."
Tampak nyata kecemasan
Zakariya, atas generasi pengganti yang akan melanjutkan perjuangannya untuk
menegakkan agama Allah, apalagi melihat realitas jasmaninya yang dari hari ke
hari semakin berusia lanjut. Beliau merasakan tulang belulangnya mulai lemah,
rapuh dan uban di kepala bertabur, sementara generasi pelanjut sebagai "patah
tumbuh hilang berganti", belum terlihat pula.
Sebagai seorang rasul yang hatinya sarat dengan iman dan tauhid, sangat
menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah berada dalam
pengaturan Allah. Tidak ada sesuatu yang berat bagi Allah. Dan Allah adalah
Maha Memperkenankan doa.
"dan aku belum pernah
kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku..."
Nabi Zakaria insyaf bahwa
Allah Yang Maha Mengetahui hakikat segala sesuatu.
Beliau
tidak kecewa apabila ada doanya yang tidak dikabulkan Allah, karena boleh jadi
apa yang dimohonkannya itu –dalam pandangan Allah- tidak baik baginya. Tetapi
sebagai seorang manusia yang lemah, beliau memandang bahwa masa depan ummat ini
tergantung juga pada kwalitas pemimpin yang akan memimpin mereka. Yaitu
pemimpin yang ber-iman dan bertaqwa, yang akan membimbing ummat menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat, di bawah naungan ridha Allah, seperti yang
dilimpahkan Allah kepada dirinya...
Di sela-sela kekhawatiran
yang menyenak di kalbu nabi Zakariya a.s. tentang masa depan ummat yang dipimpinnya
belum tampak juga "patah tumbuh hilang berganti". Muncullah
harapan fithrawi dari jiwa kemanusiaannya, yaitu harapan munculnya pemimpin dari darah dagingnya sendiri. Harapan seperti ini adalah
harapan yang wajar dan sangat manusiawi.
"Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mawaliku (pelanjut perjuangan) sepeninggalku.."
Kemudian beliau menuturkan
tentang isterinya:
"sedang isteriku adalah
seorang yang mandul..."
Usianya sudah melewati masa
subur dan sudah renta, seperti halnya dengan Zakariya. Maka ditinjau dari segi
sunnatullah yang biasa tidak mungkin lagi akan melahirkan anak.
Sungguhpun demikian,
Zakariya a.s. sangat menyakini bahwa tidak ada satupun yang sulit bagi Allah...
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
"maka anugerahilah aku
dari sisi Engkau seorang putera..."
Harapan memperoleh anak
keturunan adalah harapan yang wajar dari setiap manusia yang normal.
Kita tidak dapat
memperkirakan apakah permohonan memperoleh seorang putera itu dari isterinya
yang mandul atau melalui isteri yang lain berdasarkan wahyu Allah yang
ditunggu-tunggu? Ini tidaklah dapat dipastikan. Tetapi kenyataan-nya, seperti
dipaparkan pada lanjutan penggal pertama surat Maryam ini bahwa Allah SWT
menganugerahi Zakariya seorang putera dari isterinya yang sudah tua renta ini,
disertai dengan tanda-tanda pendahuluan yang dialami Zakariya dan Allah SWT
pula yang memberi nama anak tersebut dengan "Yahya".
Selanjutnya diterangkan
bahwa harapan Zakariya dengan memperoleh seorang putera yang didoakan:
"yang akan mewarisi aku
dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub..."
Warisan apakah yang
dimaksud?
Apakah Zakariya akan
mewariskan harta kekayaan yang berlimpah ruah?
Sesuai dengan penjelasan
Rasulullah SAW, bahwa para nabi dan rasul tidaklah mewariskan emas dan perak,
atau harta benda. Mereka hanya mewariskan ilmu pengetahuan dan agama yang akan
membimbing ummat menuju keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
"dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku, seorang yang diridhai".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar