Kamis, 20 Agustus 2015

(11) MENGABDI KEPADA ALLAH



{يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)} [البقرة: 21، 22]

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum-mu, agar kamu bertakwa.(21) Dialah Yang menja-dikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 21-22)

Rangkaian ayat ke-21 dan 22 surat Al-Baqarah ini ditempatkan Allah setelah ayat-ayat yang menerang-kan kepada kita tentang orang-orang munafik yang mempunyai penyakit keraguan beragama di dalam hati mereka dengan berbagai kondisi kejiwaan mereka yang labil, plin plan dan hati yang tidak tenteram menerima pengajaran Al-Quran.

Di sini Allah SWT memanggil seluruh manusia untuk mengabdi kepadaNya:

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa."

Mengabdi atau menghambakan diri kepada Allah dalam arti tunduk dan patuh tanpa reserve. Ibarat seorang hamba yang menjalankan perintah tuannya tanpa bertanya kenapa ia disuruh untuk berbuat sesuatu. Atau seperti para prajurit yang berada di barak-barak militer yang senantiasa siap menerima segala perintah dari komandannya, baik suka maupun terpaksa.

Allah SWT Dialah yang menciptakan manusia dengan kasih dan sayangNya melalui proses yang sudah ditentukanNya. Pertama-tama menciptakan Adam nenek moyang manusia dari tanah. Kemudian proses penciptaan manusia berikutnya dari sperma yang bercampur dengan ovum, sehingga terjadi manusia yang sempurna.

"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu..."

Dalam ungkapan ini Allah mengingatkan kita, akan kasih sayangNya yang memberi kemudahan hidup bagi kita. Bahwa segala keperluan hidup kita telah dipersiapkanNya sebelum kita diciptakanNya, di bumi yang persis seperti hamparan untuk tidur ini... Kita hanya tinggal menempati dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup kita. Tetapi realitas ini se-nantiasa dilupakan manusia, sehingga keseimbangan, ketenangan dan nikmat yang dipersiapkan Allah itu rusak oleh manusia sendiri, karena mengikuti pang-gilan iblis, syethan dan hawa nafsu dan tidak lagi mengabdi kepada Allah SWT.

Manusia lupa bahwa bumi yang dipersiapkan baginya seperti hamparan tempat tidur itu adalah tempat tinggal sementara waktu. Hidupnya di sini bertujuan untuk menghambakan diri kepada Allah, dan beramal sheleh sebagai bekal untuk hidupnya di sana; di akhirat...

Penyelewengan dahsyat terjadi, dimana kita manusia mengabdikan diri kepada sesuatu selain Allah; kepada berhala atau kepada taghut; baik yang ada di alam nyata maupun yang ada di alam pemikiran, menyembahnya sedemikian rupa sehingga lupa kepada Allah Pencipta semuanya. Membikin konsep hidup yang tidak berasal dari wahyu Allah, mengagungkannya dan membelanya mati-matian. Seolah-olah sesuatu selain Allah itulah yang mencip-takan bumi tempat tinggalnya, menciptakan dirinya dan nenek moyangnya.

Kehidupan begini adalah kekeliruan fatal... Dan bila tiba saatnya, tidak satupun yang disembah manusia selain Allah yang mampu membelanya dari kekuatan ghaib yang menariknya kepada kematian; kembali kepada Allah. Atau melepaskan dirinya dari marabahaya yang didatangkan Allah. Seperti patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik, tidak mampu mengusir seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Apalagi untuk melepaskan marabahaya dari orang-orang yang menyembahnya.

Mengabdi dalam arti mentauhidkan Allah, menjadikan shalat, amal ibadah, hidup dan mati hanya karena Allah, dan untuk mencari ridhaNya, itulah hanya yang akan memelihara kita dari penyelewengan hidup, dan tujuan hidup sesungguhnya. Dan itu pula yang disebut dengan kehidupan taqwa...

Kemudian Allah menginsyafkan kita agar melayangkan pandangan ke langit!

"dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit..."

"lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu..."

Betapa besarnya karunia Allah kepada kita. Bumi dan langit berada dalam kesatuan organis yang saling menunjang kesejahteraan hidup manusia. Keduanya saling bergandengan... Dengan gaya gravitasinya, menimbulkan keseimbangan yang harmonis, dan menimbulkan perobahan alami terhadap eter, atmosfir, air, suhu dan musim.

Kemudian adanya hujan menyirami bumi, sehingga menghasilkan buah-buahan dan tanam-tanaman sebagai rezeki untuk dikonsumsi manusia. Begitu pula hewan ternak, ikan di laut, di sungai, di danau dan lain-lain berkembang biak, semuanya rezeki buat manusia.

Adakah sesuatu selain Allah yang menciptakan-nya?

Adakah sesembahan selain Allah itu ikut dalam mengatur peredaran matahari, bulan dan bintang-bintang di langit?

Apakah taghut ikut serta memproses penciptaan kita dari setetes air yang bercampur (ovum dan sperma) di rahim ibu?

Pantaskah kita mengabdi kepada selain Allah?!!

"karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah!"

"padahal kamu mengetahui!"

Kamu mengetahui bahwa segala yang disembah selain Allah adalah makhluk yang tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan Allah. Mereka tidak mampu melepaskan diri dari ketentuan yang telah ditaqdirkan Allah.

Demikianlah panggilan Ilahi melalui rangkaian ayat ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahi kita dengan taufiq dan hidayahNya. Untuk selalu mengabdi kepadaNya sesuai dengan ketentuan yang telah disampaikanNya kepada Nabi  besar Muhammad SAW. Amin!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar