{ قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا
وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ
تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَحِيمٌ (14) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15) قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
(16)} [الحجرات: 14 - 16]
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah
beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi
katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu dan jika kamu ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi
sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (14) Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.(15) (Al-Hujurat: 14-15)
Melalui ayat ini Allah SWT
menolak sikap orang-orang Arab Badwi yang mempropagandakan diri telah mencapai
tarap kesempurnaan dan kebenaran iman.
Orang-orang Arab Badwi itu
berkata: "Kami telah beriman..."
Padahal keimanan mereka
belum mantap di hati.
Katakanlah (kepada mereka):
"Kamu belum ber-iman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk..."
Pengakuan masuk Islam dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat, tidak otomatis menjadikan seseorang mukmin
sejati; boleh jadi pengakuan itu disebabkan oleh sikap keterpaksaan atau oleh
sebab keduniaan belaka, sementara hati nurani masih terpaut kepada sistem dan
nilai hidup jahiliyah, seperti bunglon berubah warna dipengaruhi sesuatu yang
ditempatinya.
Jika keimanan belum mantap
di hati tidak sepantasnya menganggap diri mukmin sejati...
"Karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu..."
Keimanan yang tidak diiringi
dengan amal perbuatan, sama sekali tidak bernilai di sisi Allah.
"Dan jika kamu ta'at kepada
Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala)
amalanmu..."
Di sini dinyatakan bahwa
taat kepada Allah dan RasulNya sebagai bukti keimanan. Semakin taat seseorang
kepada Allah SWT dan RasulNya, semakin bertambah keimananNya. Sebaliknya,
setiap kali seseorang melanggar perintah Allah dan RasulNya, setiap menipis
nilai imannya.
الإِيْماَنُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
يَزِيْدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ
"Iman
itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemak-siatan."
Oleh sebab itu wajiblah
bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah.
"Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Apakah kriteria mukmin
sejati itu, dan siapa yang pantas disebut mukmin sejati?!
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya..."
Mukmin sejati mempercayai
segala wahyu Allah yang termaktub di dalam Al-Quran, dan sunnah Rasulullah SAW,
mereka senantiasa bersedia mengamalkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dalam
kehidupan realistis, baik dalam keadaan senang ataupun terpaksa, dalam suka dan
duka, dan dalam kondisi bagaimanapun juga.
"Kemudian mereka tidak
ragu-ragu..."
Mereka tidak goncang
menghadapi segala resiko yang berkaitan dengan keimanan, di manapun berada,
meskipun berkorban jiwa dan raga.
"Dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah..."
Artinya; mereka mencurahkan
harta benda dan menghabiskan usia mereka untuk mentaati Allah dan RasulNya, untuk
menegakkan agama Allah dan melawan segala tindakan yang dilakukan oleh
orang-orang yang benci kepada Islam. Jika suatu keadaan menuntut mendirikan
Lembaga pendidikan agama bagi anak-anak misalnya, maka mereka tampil ke depan
mewujudkannya, yang mempunyai kemam-puan hanya di bidang tenaga, mencurahkan
tenaganya, yang mempunyai kemampuan hanya di bidang dana, memberikan hartanya,
dan yang mempunyai kemampuan keduanya, maka tampillah dia berjihad dengan diri
dan hartanya.
Mereka senantiasa tampil menegakkan
amar ma'ruf nahyi mungkar di manapun juga... Tidak senang melihat kedzaliman,
walaupun berhadapan dengan penguasa yang kejam.
عَنْ طَارِقٍ بْنِ شِهَابِ أَنْ
رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيِّ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الغَزْرِ أَيَّ الجِهَادِ
أَفْضَلُ؟ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
"Dari Thariq bin Syihab bahwa seseorang yang telah memantapkan
kakinya dalam berperang, bertanya kepada Nabi SAW; jihad yang bagai-manakah
yang paling utama? Nabi bersabda: (menyatakan) kata-kata yang hak di hadapan
penguasa yang durjana (yang berbuat semena-mena)." (HR. An-Nasa'i: 4138)
Kelompok mukmin yang
berkepribadian seperti inilah yang disanjung Allah SWT pada surat Ali-Imran
ayat 110:
Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..."
Dan:
"Mereka
itulah orang-orang yang benar..."